POLHUKAM

Sistem Kesehatan Rapuh Kebanjiran Impor

Ketua Umum PBNU, Said Aqil Siradj. (Net)
Ketua Umum PBNU, Said Aqil Siradj. (Net)


JAKARTA - Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Said Aqil Siradj, mengkritik sistem kesehatan Tanah Air yang rapuh karena dibanjiri alat-alat kesehatan impor.

"Saat ini, sekitar 94 persen alkes yang beredar adalah produk impor. Dominasi produk impor adalah menandai rapuhnya sistem kesehatan nasional," ujar Said Aqil saat memberi sambutan di acara Musyawarah Nasional dan Konferensi Besar NU, yang disiarkan di kanal Youtube Televisi Nahdlatul Ulama, Sabtu (25/9/2021).

Kiai Said menyarankan pemerintah memperbaiki sistem kesehatan nasional, dengan meningkatkan rasio dan keandalan fasilitas kesehatan, seperti rumah sakit dan puskesmas. Ia juga meminta pemerintah mengurangi kesenjangan distribusi fasilitas dan tenaga kesehatan, termasuk dokter, spesialis, perawat dan bidan serta memperkuat ekosistem kesehatan.

Menurutnya, hal itu bisa dimulai dari kemandirian farmasi, penambahan dokter dan tenaga kesehatan, kapasitas rumah sakit-puskesmas dan produksi alkes. Ia juga menyoroti sistem kesehatan dari sisi masyarakat. Protokol kesehatan, kata Said Aqil, tak boleh kendor meski
kasus COVID-19 belakangan ini mulai melandai. Menurutnya, ada kemungkinan terjadi lonjakan gelombang ketiga. Pernyataan tersebut merujuk keterangan epidemiolog yang mengatakan pola kurva sekitar 3-5 bulan akan naik. Lonjakan itu diperkirakan akan terjadi pada akhir 2021.

Sebelumnya, Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (Persi) juga mengatakan hal serupa. Mereka meminta seluruh rumah sakit yang menjadi rujukan pasien virus corona agar selalu siaga mengantisipasi lonjakan gelombang ketiga.


Sekretaris Jenderal Persi, Lia Gardenia Partakusuma, mengatakan, Indonesia berpotensi mengalami lonjakan COVID-19 tiga bulan pasca negara tetangga mengalami lonjakan. Menurutnya, kasus-kasus COVID-19 pada pembelajaran tatap muka (PTM) bisa menjadi ancaman serius akan lonjakan COVID-19.

Sejauh ini, kasus harian COVID-19 di Indonesia mengalami tren penurunan. Kasus harian tak lebih dari angka 10 ribu. Jumlah tersebut sangat berbeda dengan kondisi pada Juli lalu. Ketika itu, kasus harian COVID-19 menyentuh angka 50 ribu per hari.

Artikel ini sudah ditayangkan di Koran Info Indonesia.


Video Terkait:
Setelah Lepas Jabatan, Said Aqil Tetap Sebarkan Islam yang Moderat dan Toleran
Editor: Wahyu Sabda Kuncahyo