OLAHRAGA

Sekjen PSSI Bicara Menghadapi Pers dan Wajah Sepak Bola Tanah Air

Kalau Juara Tak Dianggap, Kalah Jadi Bulan-bulanan

Sekjen PSSI, Yunus Nusi saat berbincang dengan Info Indonesia di ruang kerjanya, Gedung MOS, FX Sudirman, Jakarta, Senin (7/2/2022). (Rio Adam/Info Indonesia)
Sekjen PSSI, Yunus Nusi saat berbincang dengan Info Indonesia di ruang kerjanya, Gedung MOS, FX Sudirman, Jakarta, Senin (7/2/2022). (Rio Adam/Info Indonesia)


INFOINDONESIA. JAKARTA - Kecintaan Yunus Nusi terhadap sepak bola, menjadikannya Sekretaris Jenderal Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) pada 25 Mei 2021 lalu. Selama beberapa bulan duduk sebagai orang nomor dua di asosiasi sepak bola tertinggi di Tanah Air, banyak hal dihadapi. Mulai dari tekanan pers sampai kegagalan menjuarai Piala AFF untuk keenam kalinya.

Di tengah kesibukannya mengurus pertandingan sepak bola, mulai dari Liga 1, Timnas Garuda, sampai kepengurusan di provinsi, Yunus Nusi menyempatkan bertemu dengan Info Indonesia, di kantornya yang berada di Menara Olahraga Senayan (MOS) FX Sudirman, Jakarta, Senin (7/2/2022).

Di ruangan itu dia tidak sendirian. Ada Direktur Teknis PSSI Indra Sjafri dan sejumlah orang lainnya, serta beberapa orang lainnya. ”Maaf, sedang mengurus sejumlah urusan untuk Timnas dan kepengurusan Asprov (Asosiasi Provinsi),” ujar Yunus sembari mempersilakan Wakil Pemimpin Redaksi Info Indonesia, Rio Taufiq Adam untuk duduk.

Dia mengaku sedang sibuk mengurus sejumlah Asprov yang harus segera melakukan kongres, untuk menentukan kepengurusan baru dalam empat tahun ke depan. Pekan lalu, Yunus baru pulang dari Gorontalo. Pekan ini dia harus berangkat ke Kupang untuk mengikuti Kongres Asprov NTT.

”Inilah uniknya PSSI. Karena organisasi ini ada di seluruh pelosok Tanah Air. Mau tidak mau harus kita kerjakan, karena cinta sama sepak bola,” kata pria yang pernah menjabat sebagai Ketua KNPI Kaltim 2007-2013 silam.


Meski baru beberapa bulan, dia mengaku ada banyak pekerjaan menumpuk yang harus dikerjakan. Selama berbincang, ponselnya tak berhenti berdering. Ada saja pesan WhatsApp yang harus dibalas.

Mulai dari urusan internal di PSSI, sampai membalas pesan dari rekan-rekan jurnalis. Pria yang baru merayakan ulang tahun ke-52 pada 30 Januari lalu itu, menerangkan, kerap menjadi sumber utama media terkait konfirmasi berita yang berhubungan sepak bola.

Sempat menjabat Plt Sekjen PSSI selama setahun menggantikan Ratu Tisha yang resign pada April 2020 lalu, cukup memberikannya pengalaman. Bedanya saat itu, bebannya tidak terlalu berat.

”Sekarang saya harus menjawab semua pertanyaan dari teman-teman media, apabila Ketua PSSI (Mochamad Iriawan) berhalangan. Ini harus saya kerjakan, karena ketua orangnya juga cukup reaktif,” akunya.

Memang, dia merasa tak semua pertanyaan awak media harus dijawab. Karena ada pertanyaan yang menurut pendapat Yunus sangat subjektif. Mewakilkan salah satu suara saja, tanpa mempertimbangkan pendapat dari seluruh masyarakat pecinta sepak bola di Tanah Air.

”Beberapa media memang sangat subjektif, karena mereka ada yang terafiliasi dengan suporter klub atau mantan-mantan anggota Exco. Ada juga yang subjektif karena mencari sensasi supaya followers atau pembaca mereka bertambah,” terang Yunus.

Sebenarnya, dia tak mempermasalahkan adanya media yang terafiliasi dengan pendukung salah satu klub atau mantan orang-orang yang pernah berada PSSI. Namun, bukan berarti media tersebut dapat menyalahkan satu persoalan hanya pada organisasi saja. Patut dilihat, kebenaran, dan objektivitasnya.

Sebagai contoh, ketika Timnas juara pasti yang dibanggakan adalah pelatih dan pemain. PSSI, ucap dia, tidak akan mendapat penghargaan. Sementara kalau kalah, sudah pasti yang menjadi bulan-bulanan adalah asosiasi.

”Masyarakat maunya lihat hasil, bukan proses. Tidak masalah, karena memang Timnas memang harus berprestasi. Terutama yang senior. Sementara, proses tempatnya ada di junior atau di bagian U-16, U-18, sampai U-23,” jelas dia.

Namun, kegagalan itu yang diamplifikasi media-media subjektif tadi. Apalagi dengan kehebohan media sosial. Diakuinya, banyak akun-akun media sosial yang mengaku media sepak bola, malah hanya mencari sensasi atau kesalahan saja.

”Kasarnya, PSSI ini tempatnya tumpukan sampah. Tapi tak masalah, kita akan selalu siap bertugas, karena sudah cinta dengan sepak bola,” tegas dia.

Kecintaan Yunus terhadap sepak bola memang sudah tidak diragukan lagi. Diketahui, dia bahkan pernah menggadai rumah yang uangnya digunakan untuk mengurus Asprov dan Tim PON Kaltim.

Banyak orang yang tak tahu fakta tersebut. Mungkin hanya sebagian penggila sepak bola di Kaltim yang tahu. Tapi menurut dia, itulah biaya yang harus dibayar mahal jika ingin memperjuangkan sepak bola di Tanah Air.

Pengorbanan sejatinya, ucap Yunus, tidak berhenti sampai di situ. Bagi penggila sepak bola, baik itu pemilik klub, pengurus asosiasi, suporter, pemain, dan pelatih juga harus sama-sama memikirkan nasib wajah sepak bola di Indonesia.

Terlebih saat ini, sepak bola di Indonesia bisa dibilang dalam fase yang cukup menggembirakan. Timnas berhasil masuk final AFF. Meski akhirnya harus ditumbangkan oleh Thailand. Ditambah lagi, dengan kehadiran artis yang berinvestasi di klub-klub sepak bola.

Perkawinan antara pesohor dunia hiburan dengan kesebelasan sepak bola yang ramai seperti saat ini tidak terjadi dalam semalam. Semua ini telah dirancang saat dia bersama Ketua Umum PSSI Mochamad Iriawan pada 2020 silam.

”Ini sudah kita desain sejak lama agar membawa artis-artis berinvestasi. Seperti Raffi Ahmad, karena Ketum teman baik dengan orangtuanya. Sampai akhirnya dia berani untuk investasi di Cilegon United. Lalu, Atta juga begitu. Hingga kini, Prilly mengakuisisi Persikota Tangerang,” ujar Yunus.

Sebenarnya ide ini muncul dengan banyaknya bintang sepak bola di Eropa, seperti Cristiano Ronaldo atau Lionel Messi, yang ketenarannya bahkan melebihi seorang selebriti. Namun, untuk memunculkan CR7 dari Indonesia mungkin butuh waktu yang lama.

Sehingga, cara paling mudah menggabungkan industri hiburan dengan sepak bola adalah mengajak para selebriti di Indonesia menjadi pemilik klub. Dengan catatan, klub tersebut harus dibangun dengan profesional, sehingga dapat berprestasi hingga akhirnya juga mampu memberikan keuntungan.

”Ini yang sekarang menjadi penekanan. Finansial klub-klub juga harus sehat dan bersaing dengan cara yang sehat juga. Terbukti, RANS Cilegon FC berhasil tembus Liga 1. Karena mereka serius sampai melakukan training hingga ke Turki. Kami berharap ini juga dicontoh oleh kesebelasan lainnya,” jelas dia.

Dengan adanya para pesohor dunia hiburan tadi, Yunus menginginkan sepak bola di Tanah Air dapat dinikmati oleh semua kalangan, tanpa harus takut datang ke stadion. Sehingga memberikan keuntungan bagi semua pihak.

”Sehingga nantinya kita bisa menyaksikan pertandingan bola seperti di Eropa. Orang-orang tua bisa nonton dengan tenang di stadion sembari bawa keluarga,” harap Yunus. (*)

Editor: