JAKARTA - Direktur Jenderal Pengendalian Pencemaran dan Kerusakan Lingkungan (PPKL) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Sigit Reliantoro, menyatakan bahwa persoalan penanganan sampah plastik masih menjadi tantangan besar yang dihadapi negara-negara anggota G20.
Menurut dia, secara global, produsen baru dapat mendaur ulang 10 persen dari produksi plastik sejak plastik itu ada.
Hal tersebut menjadi tantangan untuk melakukan sirkulasi plastik bagaimana agar tidak menambah lagi plastik yang baru.
Pernyataan Sigit disampaikan pada konferensi pers kesimpulan hasil pertemuan pertama G20 Environment Deputies Meeting and Climate Sustainability Working Group (G20 1st EDM-CSWG) Leading For Sustainability, pertemuan G20 sektor lingkungan dan kehutanan yang digelar pada 21-23 Maret 2022 di Yogyakarta.
Menanggapi persoalan penanganan sampah plastik, Direktur Utama PT Kartika Agung Dewata, Yanto Widodo, mengatakan, yang perlu dilakukan saat ini adalah bagaimana mendorong daur ulang sampah dengan konsep extended producers responsibiliy.
"Kami berharap di Forum G20 dibahas tentang tanggung jawab produsen yang diperluas untuk mendukung sirkular ekonomi dan green economy," kata Yanto dalam keterangannya, Selasa (7/6/2022).
Sebagai informasi, PT Kartika Agung Dewata yang didirikan pada tahun 2015 merupakan satu-satunya pabrik preform yang berlokasi di Provinsi Bali. PT Kartika Agung Dewata juga merupakan satu-satunya perusahaan yang memproduksi preform RPET atau recycled polyethylene terephthalate or recycled PET (bahan plastik daur ulang) di Bali.
Recycled PET merupakan botol yang diproduksi dari limbah plastik hasil didaur ulang. PT Kartika Agung menjadi produsen tutup produk galon Aqua Two Color (biru putih) yang dimiliki oleh Danone Group.
"Kami ingin menggerakkan kesadaran terkait daur ulang. Bagaimana caranya agar packaging botol yang beredar di masyarakat di Bali dapat mengandung RPET," kata Yanto.
PT Kartika Agung Dewata sejauh ini telah memproduksi sekitar 10 juta unit botol preform.
"Kami sejak 2015 sudah gencar mengampanyekan kepada masyarakat di Bali, yang merupakan hub internasional, agar sadar terkait pentingnya produk botol mengandung recycled PET. Semoga Forum G20 dapat mendorong hal tersebut," jelas Yanto.
Para pemimpin di dunia termasuk negara anggota G20 sudah gencar mengampanyekan langkah-langkah pengelolaan terpadu circular economy atau ekonomi sirkular dengan basis prinsip 3R (reduce-reuse-recycle). Agar sampah plastik dapat memiliki hidup kedua.
PT Kartika Agung Dewata yang mengoperasikan pabrik di Gilimanuk, Kabupaten Tabanan, juga turut aktif mendorong kesejahteraan para pemulung sebagai ujung tombak dari proses pengambilan limbah sampah plastik.
"Kami ingin mengangkat harkat hidup pemulung dari sisi kesehatan. Misalnya kami membuat klinik kesehatan untuk medical check up secara gratis sampai menyediakan ambulans dan juga kami membangun panti jompo," kata Yanto.
Selain hal tersebut, PT Kartika Agung Dewata juga aktif mengampanyekan tema daur ulang ke sekolah-sekolah terkait edukasi pengolahan sampah.
Yanto menambahkan bahwa untuk menangani sampah plastik di Indonesia, infrastruktur atau sarana yang disediakan oleh pemerintah saat ini masih belum mencukupi tanpa adanya dukungan pihak swasta.
Komentar