JAKARTA - Bukan cuma dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin. Presiden Jokowi juga telah dipastikan akan bertemu Presiden Ukraina, Volodymyr Zelensky, minggu depan.
Pertemuan Jokowi dengan dua pemimpin negara yang tengah berperang itu akan berlangsung di ibu kota Rusia dan Ukraina, yakni Moskow dan Kiev.
Menteri Luar Negeri RI, Retno LP Marsudi, mengatakan, pertemuan dengan Putin dan Zelensky bakal menjadi bagian dari rangkaian kunjungan presiden ke luar negeri pada akhir bulan ini. Retno pun mengakui bahwa pertemuan dengan dua pemimpin itu dilakukan dalam situasi yang masih sangat kompleks karena invasi militer Rusia yang masih berlangsung di Ukraina.
"Meskipun situasinya sulit dan masalahnya kompleks, sebagai presiden G20 dan salah satu anggota champion group dari Global Crisis Response Group yang dibentuk oleh Sekjen PBB, Presiden Jokowi memilih untuk mencoba berkontribusi, tidak memilih untuk diam," jelas Menlu dalam keterangan pers, Rabu (22/6/2022).
Presiden Jokowi akan menjadi pemimpin negara Asia pertama yang berkunjung ke dua negara tersebut sejak Rusia melancarkan apa yang disebut 'operasi khusus' di Ukraina pada 24 Februari 2022. Menurut Retno, kunjungan Presiden Jokowi menjadi cermin kepedulian Indonesia terhadap kemanusiaan dan upaya mengatasi dampak peperangan yang dirasakan banyak negara di dunia.
"Mencoba memberikan kontribusi untuk menangani krisis pangan yang diakibatkan perang dan dampaknya dirasakan oleh semua negara, terutama negara berkembang dan negara berpenghasilan rendah," ujarnya.
Selain itu, kunjungan Jokowi juga menunjukkan upaya Indonesia mendorong semangat perdamaian. Retno juga mengatakan, di tengah situasi sulit dan kompleks seperti sekarang, Indonesia "memilih untuk tidak menggunakan megaphone diplomacy agar tujuan besar yang bermanfaat di dunia dapat terwujud." Perang yang berkelanjutan, tambahnya, tentu akan memberikan dampak bagi kemanusiaan, termasuk munculnya krisis pangan, energi, dan keuangan.
"Tiga krisis ini yang harus segera ditangani oleh negara dunia agar krisis tidak terus memburuk," ucapnya.
Sebelum mengunjungi dua negara Eropa Timur tersebut, Jokowi akan berada di Jerman untuk menghadiri KTT G7. Indonesia akan hadir sebagai negara mitra di dalam KTT itu. Dari Eropa, Jokowi selanjutnya terbang ke Abu Dhabi, Uni Emirat Arab untuk membahas kerja sama ekonomi.
Momentum Juru Damai
Anggota Komisi I DPR RI, Sukamta, mengajak semua pihak untuk mendukung langkah Presiden Jokowi menemui pemimpin Rusia dan Ukraina. Lebih-lebih, kunjungan tersebut membawa misi perdamaian dan kemanusiaan.
"Keberangkatan Presiden Jokowi harus didukung bersama. Semoga Indonesia kembali memainkan peran signifikan dalam ikut serta menjaga perdamaian dunia, karena perang ini membawa dampak negatif bagi kita semua," kata Sukamta.
Dia mengatakan, perang Rusia-Ukraina sudah menyebabkan puluhan ribu warga sipil tewas dan jutaan warga Ukraina menjadi pengungsi. Dampak perang itu juga dirasakan seluruh dunia, khususnya negara berkembang dan berpenghasilan rendah, karena disusul lonjakan harga komoditas penting serta peningkatan inflasi.
"Negara-negara Afrika sangat terpengaruh oleh krisis akibat perang ini. Harga gandum, minyak goreng, bahan bakar, dan pupuk, melonjak. Konflik ini juga berdampak pada meningkatnya ancaman krisis pangan dan energi global, karena itu Indonesia juga penting untuk membawa misi tentang pangan dan energi," ujarnya.
Wakil Ketua Fraksi PKS DPR RI itu menyebut kunjungan Presiden Jokowi ke Rusia-Ukraina merupakan langkah konkret yang menegaskan peran Indonesia sebagai Ketua G20. Apalagi tanggung jawab Indonesia memegang Presidensi G20 menjadi lebih berat karena pandemi COVID-19 yang belum berakhir, ditambah perang Ukraina-Rusia.
"Kepemimpinan Indonesia mendapatkan ruang dan momentum yang mungkin akan dikenang 20-30 tahun mendatang. Semoga berhasil menjadi penengah Rusia dan Ukraina. Ini momentum bagi Indonesia untuk bisa mendamaikan negara-negara yang bertikai," ucap Sukamta.
Guru Besar Hukum Internasional Universitas Indonesia, Hikmahanto Juwana, juga memuji keputusan Indonesia mengambil inisiatif dalam upaya menyudahi tragedi kemanusiaan di Ukraina, bahkan mencegah krisis pangan dunia.
"Perang di Ukraina telah menyengsarakan banyak pihak, termasuk negara-negara yang tidak terlibat dalam konflik, dan berdampak pada perekonomian dunia," terang Hikmahanto kepada Info Indonesia, Rabu (22/6/2022).
Masih menurutnya, Indonesia tetap memegang teguh prinsip politik luar negeri bebas aktif. Selama ini Indonesia tidak berpihak ke salah satu pihak, sehingga tidak memberikan bantuan senjata kepada Ukraina atau mendukung Rusia dalam operasi militernya.
Artikel ini juga bisa Anda baca di Koran Info Indonesia edisi Kamis, 23 Juni 2022.
Editor: Wahyu Sabda Kuncahyo
Komentar