
JAKARTA - Tidak sia-sia rangkaian lawatan Presiden Jokowi ke KTT G7 di Jerman, lalu Ukraina dan Rusia. Walaupun misi perdamaian masih jauh dari hasil karena kompleksitas masalahnya, tapi pembahasan isu rantai pasok pangan dan pupuk yang berdampak pada ratusan juta masyarakat dunia menunjukkan kemajuan.
Presiden Joko Widodo telah berdiskusi dengan Presiden Vladimir Putin membahas masalah terganggunya rantai pasok pangan dan pupuk yang bisa berdampak kepada ratusan juta masyarakat dunia, terutama di negara berkembang. Hal tersebut disampaikan Presiden Jokowi dalam pernyataan pers bersama di Istana Kremlin, Moskow, Rusia, Kamis (30/6/2022).
"Saya mendukung upaya PBB reintegrasi komoditas pangan dan pupuk Rusia dan komoditas pangan Ukraina dalam rantai pasok dunia. Khusus untuk jalur ekspor produk pangan Ukraina, terutama melalui jalur laut, saya sangat menghargai Presiden Putin yang tadi menyampaikan bahwa memberikan jaminan keamanan pasokan pangan dan pupuk dari Ukraina maupun Rusia, ini sebuah berita yang baik," ujar Presiden.
Di akhir pernyataannya, Presiden Jokowi kembali menegaskan bahwa Indonesia tidak memiliki kepentingan apapun, kecuali ingin melihat perang dapat segera selesai dan rantai pasok pangan, pupuk dan energi dapat segera diperbaiki.
"Saya ajak seluruh pemimpin dunia untuk bersama kembali menghidupkan semangat multilateralisme, semangat damai dan semangat kerja sama. Karena hanya dengan spirit ini perdamaian dapat dicapai," kata Jokowi.
Peneliti ekonomi Centre for Strategic and International Studies (CSIS), Dandy Rafitrandi, menyatakan, kunjungan Jokowi ke Ukraina dan Rusia menunjukkan bahwa Presidensi G20 yang dipegang Indonesia dapat berperan untuk membenahi rantai pasokan pangan global. Kedatangan Jokowi ke Ukraina dan Rusia, selain membuka komunikasi di antara kedua negara, juga berusaha mencari solusi terhadap bibit, bahan pangan, serta pupuk, yang selama ini dipasok oleh Rusia dan Ukraina.
Dengan kunjungan tersebut diharapkan ke depan juga dapat membuat berbagai bahan terkait sektor pangan yang selama ini dipasok oleh Rusia dan Ukraina kembali terintegrasi dengan rantai pasokan dunia. Apalagi, Presiden Putin telah memberikan jaminan keamanan pasokan pangan dan pupuk dari Ukraina dan Rusia di hadapan Jokowi.
"Yang harus kita putuskan sekarang adalah bagaimana menjamin rantai pasokan, terutama pangan, meningkatkan komitmen dan juga memobilisasi resources (sumber daya) yang kita punya di G20," kata Dandy.
Dandy menambahkan, Pemerintah Indonesia harus memiliki satu agenda jangka pendek untuk mengamankan pasokan pangan maupun pupuk.
"Tahun ini kita berbicara akses makanan, tapi tahun depan kita akan berbicara kehilangan makanan tersebut," sambungnya.
Menurut Dandy, Pemerintah Indonesia harus melibatkan negara-negara G20 dalam isu ini. Salah satunya adalah India yang akan menjadi tuan rumah G20 berikutnya.
"Kita juga harus tahu bahwa pentingnya membawa India on board untuk memahami isu pangan dan energi yang sangat penting. Juga memperlihatkan negara-negara berkembang memiliki andil untuk bisa mendamaikan atau menurunkan tensi antara Ukraina dan Rusia," kata dia.
Dandy menambahkan, selain pangan dan pupuk, Indonesia dan G20 juga bisa mulai memfokuskan agenda terkait bantuan kemanusiaan, terutama untuk pendanaan rekonstruksi di Ukraina.
Berharap Manfaat
Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Tauhid Ahmad, pesimistis lawatan Jokowi ke Ukraina dan Rusia dapat memberikan dampak ekonomi ke dunia, termasuk Indonesia. Sebab, kunjungan Jokowi ke kedua negara tersebut membawa misi perdamaian, bukan ekonomi.
"Saya kira relatif enggak ya (berdampak pada ekonomi Indonesia). Karena kan yang dibawa misi perdamaian. Misi perdamaian ini pada intinya adalah menghentikan perang," kata Tauhid kepada Info Indonesia, tadi malam.
Meski demikian, Tauhid berharap Indonesia akan menerima manfaat dari kunjungan Jokowi ke Rusia tersebut. Pasalnya, Rusia adalah eksportir gandum terbesar di dunia. Sementara itu, Rusia melakukan penghentian ekspor gandum, gula, dan pupuk selama invasi ke beberapa negara.
Selain itu, dia berharap Indonesia bisa mendapatkan beberapa komoditas impor yang murah dari Rusia. Namun, dia tidak bisa memprediksi lebih jauh. Tapi intinya, hasil positif yang didapatkan tergantung lobi-lobi Jokowi ketika bertemu Putin.
"Harapannya kita sebagai Presidensi G20 suara-suara yang berkaitan dengan ekonomi harusnya lebih kenceng lagi disuarakan Jokowi, agar harga pangan di seluruh dunia tidak naik dan ancaman krisis pangan bisa kita hindari," ujarnya.
Indonesia Layak Tampil
Rektor Universitas Paramadina, Didik J Rachbini, menilai, misi perdamaian Presiden Jokowi ke Ukraina dan Rusia merupakan secercah harapan. Juga langkah awal agar bumi lebih damai dan jauh dari perang.
Menurutnya, upaya perdamaian ini patut diacungi jempol, tidak boleh berhenti dan harus dilanjutkan oleh menteri-menteri Jokowi.
"Harus ada lebih banyak pemimpin negara lain yang menjalankan misi perdamaian dibandingkan hanya unjuk kegagahan dan kepongahan untuk mengobarkan perang, seperti masa perang dunia pertama dan kedua," kata Didik.
Dia mengatakan, setelah hampir delapan tahun, akhirnya Jokowi datang ke forum-forum internasional. Saat ini, waktu yang tepat untuk memerankan politik bebas aktif, seperti yang diamanatkan oleh UUD 1945.
Menurutnya, citra dan kesan bahwa Jokowi "inward looking" (berorientasi ke dalam) mulai pupus karena sering tidak pernah hadir dalam pertemuan-pertemuan internasional. Namun, sekali berperan dalam misi perdamaian ini, maka Jokowi sudah memainkan peran yang strategis bagi dunia. Kata Didik, ini adalah permulaan yang sangat baik, sekalipun cukup mengejutkan Jokowi mengambil keputusan tersebut. Apalagi dengan risiko bahaya yang tidak kecil bersama Ibu Negara.
Untuk itu, setelah bertemu dengan Presiden Putin, misi perdamaian perlu dilanjutkan dalam kunjungan ke negara-negara besar di dalam G20, utamanya China yang sekarang tetap menahan diri. Dia juga menilai, Jokowi perlu hadir berpidato di forum PBB untuk menyuarakan perdamaian dunia. Para menterinya juga perlu mempersiapkan panggung jika momentum kunjungan ini mendapat sambutan yang baik dari kedua belah pihak.
Diplomasi ke pihak NATO juga perlu dilanjutkan lebih mendalam oleh para pembantu Jokowi. Sebab, NATO merupakan akar dan sumber masalah konflik saat ini dan masa yang akan datang.
Menurut Didik, posisi Presidensi G20 Indonesia sangat strategis dan menguntungkan bagi Jokowi untuk berperan. Kelembagaan G20 sangat penting karena PBB sulit diharapkan berperan untuk mendamaikan perang Rusia dan Ukraina yang posisinya sudah berpihak. Oleh sebab itu, Indonesia layak tampil untuk menjalankan misi perdamaian ini. Terlebih, sejarah peranan Indonesia di dalam diplomasi dan perdamaian sudah dikenal dunia.
"Bung Karno adalah tokoh dunia yang sangat dikenal karena berdiri di tengah konflik ideologi dunia Barat dan Timur yang mengerikan. Di zaman Soeharto juga banyak tampil diplomat-diplomat hebat yang mampu berperan mendamaikan konflik ideologi di Asia Tenggara dan Timur Tengah," ujar Didik.
"Peranan Jokowi dalam hal ini sangat dihargai, karena merupakan lompatan untuk Indonesia tampil kembali di gelanggang internasional yang riskan konflik," sambungnya.
Pembuktian Jokowi
Pengamat politik dari Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta, Zaki Mubarak, menilai, kunjungan Jokowi ke Ukraina dan Rusia sangat positif. Jokowi menjadi presiden pertama dari Asia yang menemui Presiden Ukraina, Volodymyr Zelinsky, saat konflik masih membara. Sambutan Zelinsky dan Putin juga sangat hangat terhadap Jokowi.
Menurut Zaki, Hal tersebut terjadi karena kedua pemimpin negara percaya bahwa usaha perdamaian oleh Jokowi benar-benar tulus atau tidak didomplengi kepentingan politik yang sempit. Hal ini merupakan modal yang baik bagi Jokowi untuk proses perdamaian selanjutnya.
"Jika hanya insidentil setelah itu enggak jelas kelanjutannya, ya sangat disayangkan," kata Zaki kepada Info Indonesia.
Meski demikian, Indonesia harus bersabar dan menunggu janji Putin, apakah hanya manis di bibir saja atau benar-benar nyata. Sebab, setelah bertemu Jokowi, Rusia masih aktif membombardir kota-kota di Ukraina. Oleh sebab itu, diharapkan langkah Jokowi tidak sekadar 'diplomasi gandum', tapi benar-benar mewujudkan perdamaian secara substansial.
Zaki bilang, saat ini telah muncul isu Jokowi ditunggangi kepentingan para pemain besar importir gandum. Menurutnya, Jokowi harus bersikap tegas meminta Putin menghentikan agresi Rusia karena jelas-jelas melanggar hukum internasional. Ini juga realisasi dari semangat konstitusi Indonesia, yakni melindungi dan menjaga perdamaian dunia, serta melawan segala bentuk penjajahan.
Jika kebijakan atau solusi perdamaian Jokowi terus berlanjut dan berhasil, tentu akan menaikkan citra Jokowi. Tidak hanya sebagai Presiden Indonesia, tetapi sebagai pemimpin yang dipandang dunia internasional.
Meskipun tidak mudah, Jokowi perlu langkah-langkah terobosan lainnya. Ia menyarankan, Jokowi melibatkan dan memimpin negara-negara nonblok untuk mendukung proses damai Ukraina dan Rusia. Jika tidak melibatkan negara-negara nonblok, setidaknya negara-negara di ASEAN. Menurutnya, kebijakan Jokowi akan banyak didukung banyak negara karena mencerminkan sikap politik bebas aktif yang konstruktif. Di dalam negeri, inisiatif Jokowi mendamaikan kedua negara telah merehabilitasi namanya.
"Pada awalnya ia diragukan bisa go international, namun sekarang ia telah membuktikan diri mampu memainkan peran penting dan memberi kontribusi positif dalam percaturan global," tegas Zaki.
Stimulan 3 Periode
Ketua Umum Barisan Relawan Jokowi Presiden (Bara JP), Utje Gustaaf Patty, berharap, Jokowi berhasil melaksanakan misi dengan sukses dan bermartabat. Jika misi ini berhasil, pastinya akan meningkatkan kredibilitas Jokowi di mata rakyat.
"Dan jelas itu membuat perjuangan kami mengusung Jokowi 3 Periode mendapat stimulan dan daya dorong lebih besar," kata Utje kepada Info Indonesia.
Sekretaris Jenderal Komunitas Jokowi-Prabowo (Jokpro) 2024, Timothy Ivan Triyono, menilai, kunjungan Jokowi ke Ukraina dan Rusia adalah salah satu prestasi di mata dunia. Meski masih sebagai negara berkembang, tetapi Indonesia memiliki peran strategis di dunia internasional.
Menurut dia, kunjungan dengan misi perdamaian ke Ukraina dan Rusia layak diapresiasi. Bahkan, layak dijuluki Bapak Perdamaian Dunia. Jika peran Jokowi berlanjut dan pada akhirnya membuat Rusia dan Ukraina bisa berdamai, Jokowi layak diberikan penghargaan Nobel.
Di sisi lain, apa yang dilakukan Jokowi menumbuhkan lagi kepercayaan dari masyarakat kepada bahwa dia masih layak untuk memimpin Indonesia pada periode 2024-2029. Artinya, kredibilitas Jokowi sudah teruji, baik di dalam negeri maupun di dunia internasional.
"Jokowi bukan presiden kaleng-kaleng, sehingga kami di Jokpro melihat bahwa untuk menghadapi situasi global yang tidak menentu, di tengah kondisi Indonesia dalam rencana bangkit, rasanya memang perlu pemimpin seperti Jokowi di 2024 nanti," harapnya.
Peneliti politik dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Wasisto Jati, menilai, jaminan Putin terhadap pasokan pangan dan energi bagi Indonesia maupun negara-negara berkembang dapat menaikkan kredibilitas Jokowi.
"Saya perkirakan hal itu (kunjungan Jokowi ke Ukraina dan Rusia) bisa menaikkan kredibilitas Jokowi di level nasional maupun global," kata Wasisto.
Artikel ini juga bisa Anda baca di Koran Info Indonesia edisi Sabtu, 2 Juli 2022.
Video Terkait:
Inilah Sinyal Jokowi Tiga Periode
Komentar