JAKARTA - Kementerian Pertanian menekankan pentingnya kolaborasi global untuk mengatasi krisis pangan yang kini mengancam banyak negara di dunia. Selain itu, juga untuk memitigasi dan mengatasi krisis energi dan keuangan.
Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, mengatakan, negara G20 sebagai bagian dari komunitas global berkomitmen mendukung peran krusial dari sektor pertanian dalam menyediakan pangan dan gizi bagi semua orang. Selain itu, juga menjamin pembangunan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.
Hal itu disampaikan Syahrul usai pelaksanaan kegiatan Joint Finance and Agriculture Ministers’ Meeting (JFAMM) G20 di Washington DC, Amerika Serikat. JFAMM yang pertama digelar tersebut dihadiri menteri keuangan dan menteri pertanian negara anggota G20. Para menteri tersebut menindaklanjuti hasil pertemuan deputi keuangan dan pertanian G20 pada minggu lalu terkait permasalahan ketahanan pangan dunia.
Syahrul mengatakan para menteri keuangan dan menteri pertanian G20 telah berkomitmen menghadirkan solusi bersama dalam bentuk skema pendanaan global. Tujuannya untuk mempercepat pemulihan ekonomi dan membangun sektor pertanian dunia yang lebih kuat dan tangguh. Pendanaan global itu untuk penanganan tiga isu prioritas sektor pertanian dan pangan.
Pertama, mempromosikan sistem pertanian dan pangan yang tangguh dan berkelanjutan. Kedua, mempromosikan perdagangan pertanian yang terbuka, adil, dapat diprediksi, transparan, dan non-diskriminatif, untuk memastikan ketersediaan dan keterjangkauan pangan bagi semua.
Ketiga, mempromosikan kewirausahaan pertanian inovatif melalui pertanian digital untuk meningkatkan penghidupan petani di pedesaan.
"Ketiga isu prioritas tersebut saling berkaitan dan dibutuhkan sentuhan teknologi serta inovasi dalam mewujudkannya," kata Syahrul dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Rabu (12/10/2022).
Syahrul menekankan, dalam mengatasi krisis pangan global perlu respons cepat dan kolaborasi. Dia menegaskan bahwa kunci mengatasi krisis pangan global adalah kebersamaan.
"Tidak boleh ada negara yang terlewatkan dan tertinggal, kolaborasi adalah kunci untuk mengatasi tantangan saat ini dan di masa datang," kata Syahrul.
Syahrul menambahkan, Presidensi G20 Indonesia menerapkan strategi untuk meningkatkan kapasitas produksi guna menstabilkan harga pangan, menekan inflasi, menurunkan impor, dan meningkatkan ekspor pangan.
Strategi ini diterapkan pada beberapa komoditas pangan strategis dengan kegiatan operasional untuk mengatasi permasalahan yang muncul dalam sistem agribisnis pangan agar tercapai efisiensi dan peningkatan daya saing.
"Pertemuan JFAMM pertama pada hari ini menjadi dasar koordinasi erat yang diperlukan di masa depan untuk menentukan cara terbaik dalam menghadapi tantangan ketahanan pangan," katanya.
Artikel ini juga bisa Anda baca di Koran Info Indonesia edisi Kamis, 13 Oktober 2022.
Editor: Wahyu Sabda Kuncahyo
Komentar