JAKARTA – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyatakan mitigasi bencana dengan membangun bangunan tahan gempa penting dalam melakukan renovasi dan rehabilitasi pascagempa di Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
Pakar tsunami BRIN, Widjo Kongko, menuturkan, gempa bumi dengan magnitudo 5,6 pada siklus yang lebih pendek akan lebih sering terjadi dibanding dengan gempa bumi megathrust dengan magnitudo di atas 7-9 di zona subduksi.
“Oleh karena itu, aspek ketahanan gempa perlu diperhatikan dalam pembangunan infrastruktur dan bangunan lain untuk mengantisipasi dan meminimalisasi dampak kerusakan akibat gempa di masa mendatang,” kata Widjo dikutip dari Antara di Jakarta, Selasa (22/11/2022).
Selain itu, Widjo mengatakan, pemetaan secara detail atau mikrozonasi pada zona-zona yang rawan longsor karena curam dan kondisi tanah yang labil juga perlu dilakukan untuk menghindari pembangunan permukiman/bangunan di daerah yang berisiko tersebut.
Gempa Cianjur bersifat dangkal, di mana pusat gempa berada di kedalaman 10 km pada koordinat 6,84 Lintang Selatan dan 107,05 Bujur Timur, sekitar 10 kilometer barat daya Kabupaten Cianjur. Gempa tersebut menyebabkan korban jiwa dan kerusakan bangunan.
Editor: Rusdiyono
Komentar