WARNA-WARNI

Menkes Targetkan Angka Kematian Ibu Hamil Turun di 2024

Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin (baris ketiga tengah), bersama sejumlah ibu hamil usai menghadiri Deklarasi Ibu Hamil Indonesia dalam rangka memperingati Hari Ibu di Puskesmas Sikumana, Kota Kupang, NTT, Kamis (22/12/2022). (ANTARA FOTO/Kornelis Ka
Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin (baris ketiga tengah), bersama sejumlah ibu hamil usai menghadiri Deklarasi Ibu Hamil Indonesia dalam rangka memperingati Hari Ibu di Puskesmas Sikumana, Kota Kupang, NTT, Kamis (22/12/2022). (ANTARA FOTO/Kornelis Ka


JAKARTAKementerian Kesehatan mencatat angka ibu hamil meninggal dunia di Indonesia masih di atas 300 per 100 ribu kelahiran anak. Oleh karena itu, pada 2024, ditargetkan angka ibu hamil meninggal dunia di Indonesia bisa turun menjadi 138 per 100 ribu kelahiran anak.

"Kalau Singapura 7/100 ribu anak. Nah, kami targetkan pada 2024 nanti bisa turun angkanya," kata Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin, saat meninjau Puskesmas Sikumana di Kupang, Nusa Tenggara Timur, Kamis (22/12/2022).

Budi menyatakan, untuk mencapai target tersebut, ada lima hal yang perlu dilakukan oleh setiap ibu hamil. Yakni melakukan pemeriksaan kesehatan sedikitnya enam kali selama kehamilan dan di antaranya periksa USG dengan dokter. Selain itu, konsumsi gizi yang seimbang sesuai porsi, makanan berprotein, dan makanan sehat lainnya.

"Kemudian, minum tablet tambah darah, sehingga HB-nya tidak rendah. Kalau HB rendah dapat berpengaruh pada kesehatan janin dan ibu," terangnya.

Kemudian, mengikuti kelas senam ibu hamil, seperti yang dilakukan oleh ibu-ibu hamil di Puskesmas Sikumana. Yang terakhir, melahirkan di fasilitas pelayanan kesehatan, seperti puskesmas, sehingga bisa tertolong.


Budi menambahkan, pelaksanaan deklarasi ibu Hamil bertujuan untuk mencegah terjadinya stunting bagi bayi yang lahir.

"Karena stunting itu faktor risiko paling besar adalah kepada ibu dari calon bayi itu sendiri sebelum melahirkan," ujar dia.

 

Lindungi Dampak Perubahan Iklim

Ketua Umum Pita Putih Indonesia, Giwo Rubianto Wiyogo, mengatakan, kesehatan ibu hamil dan janin harus dilindungi dari dampak negatif perubahan iklim. Sebab, perubahan iklim berdampak negatif pada kehamilan dan bayi dalam kandungan. 

“Ini sesuatu yang serius dan menjadi tantangan untuk masa kini dan masa depan," kata Giwo dalam webinar Dampak Perubahan Iklim pada Kesehatan Reproduksi di Jakarta.

Menurut Giwo, perubahan iklim dan dampaknya sampai saat ini terjadi lebih cepat dari yang diperkirakan dan lebih buruk dari yang diperhitungkan. Hal tersebut berdasarkan laporan Intergovernment Panel on Climate Change (IPCC) 2022.

Dia mengatakan, masalah kesehatan ibu di Indonesia merupakan isu strategis. Sampai saat ini, indikator kesehatan ibu masih rendah. Angka kematian ibu (AKI) masih nomor lima tertinggi di ASEAN. Sementara, separuh ibu hamil anemia dan sepertiga ibu hamil masih mengalami kurang energi kronis.

Kesehatan neonatal juga belum baik. Angka kematian bayi masih di angka 19,5 per 1.000 kelahiran hidup dan angka kematian neonatal masih di angka 15 per 1.000 kelahiran hidup. Kemudian, stunting pada balita masih berada pada angka 24 persen.

"Keadaan ini masih menjadi beban bidang kesehatan di Indonesia. Yang lebih memprihatinkan juga bahwa mereka adalah sumber dari calon SDM generasi penerus," kata Giwo.

Di sisi lain, Indonesia juga harus mulai memerhatikan dampak perubahan iklim terhadap kesehatan ibu dan anak.

Editor: Rusdiyono