JAKARTA - Berdasarkan voting terbuka yang dilakukan pengamat politik Refly Harun yang meminta masyarakat memilih antara Partai Ummat dan Partai Amant Nasional (PAN), kebanyakan masyarakat memilih Partai Ummat ketimbang PAN.
Namun berbeda pendapat yang disampaikan Direktur Eksekutif Parameter Politik Indonesia (PPI) Adi Prayitno menyinggung Partai Ummat masih relatif baru saat ini. Dengan demikian basis massa pemilihnya masih kecil.
"Saat ini semua partai partai baru, termasuk Partai Ummat, belum dikenal orang. Prosentasinya masih di kisaran nol persen. Basis pemilihnya sangat kecil," kata Adi kepada wartawan, Senin (2/1/2023).
Hal tersebut terjadi karena efek belum ada kampanye politik yang dilakukan Partai Ummat di pemilu perdananya ini. "Ini mungkin efek belum ada sosialisasi dan atau kampanye politik yang dilakukan Partai Ummat. Jadi, ceruk pemilih Partai Ummat tak tampak signifikan di survei karena belum dikenal publik," katanya.
Adi melanjutkan, Partai Ummat secara umum memiliki basis pemilih dari kelompok Islam kanan yang anti-Jokowi dan loyalis Amien Rais yang ada di PAN. Kini, sebut dia, loyalis Amien sudah hijrah ke Partai Ummat dan tak lagi di PAN.
"Pemilih Partai Ummat memang sedikit beririsan dengan pemilih PAN tapi tak signifikan. Karena kalau melihat data survei, personifikasi politik Muhammadiyah masih PAN, bukan Partai Ummat," katanya.
Adi mengatakan kelompok Muhammadiyah pun saat ini sudah banyak yang mendirikan partai meski tak lolos verifikasi KPU sebagai peserta Pemilu 2024. Khusus PAN, Adi melihat sejauh ini suara dari kader Muhammadiyah masih solid.
"Sudah banyak kader Muhammadiyah yang mendirikan partai misalnya Partai Matahari Bangsa tapi tak lolos Senayan dan tak mempengaruhi suara PAN. Din Syamsuddin juga tokoh sentral Muhammadiyah mendirikan Partai Pelita tapi tak lolos verifikasi KPU. Di bawah Zulhas, suara Muhammadiyah terlihat masih cukup solid ke PAN," kata dia.
Adi lalu menyinggung sikap politik Amien Rais yang dianggap melunak kepada pemerintahan Jokowi saat ini. Menurutnya, sikap ini bisa jadi persoalan tersendiri bagi Partai Ummat mengingat Amien Rais menjadi figur sentral partai.
"Selain itu, Partai Ummat bisa kehilangan pemilih Islam kanan kritis yang anti Jokowi karena belakagan sikap Amien cenderung melunak, tak galak seperti biasanya. Partai Ummat hanya mengandalkan Amien Rais sebagai figur sentral untuk mendulang suara. Problemnya, aura politik Pak Amien Rais kian memudar. Tentu ini rumit bagi Partai Ummat," kata Adi.
Berdasarkan analisisnya itu, Adi menilai parameter penting dari ceruk Partai Ummat bergantung pada kemampuan Amien dalam menunjukkan kekhasannya sebagai oposisi pemerintah. Dengan kata lain, bukan bergantung pada pemilih di PAN atau PKS yang sudah terkonsolidasi.
"Jadi, satu-satunya yang menjadi parameter penting dari besar atau tidaknya ceruk Partai Ummat adalah seberapa kuat Amien bisa menunjukkan diferensiasinya sebagai tokoh oposisi yang keras terhadap pemerintahan Jokowi, bukan di pemilih PAN atau PKS yang sudah terkonsolidasi kuat," katanya.
Ketua Umum (Ketum) Partai Ummat Ridho Rahmadi sebelumnya menyampaikan pihaknya tak menargetkan perolehan suara pemilih PAN. Ia mengatakan Partai Ummat berjuang untuk fokus ke tujuan yang lebih besar.
"Nggak, nggak (menggerus suara PAN), kita berjuang untuk lebih besar dari itu. Insyaallah tidak terlalu melihat hal-hal yang kecil, Insyaallah," kata Ridho di Asrama Haji, Pondok Gede, Jakarta Timur, Minggu (1/1).
Ridho menyebut partainya akan konsolidasi dengan partai lain menuju Pilpres 2024. Rencananya, rapat kerja nasional (rakernas) Partai Ummat bakal digelar bulan depan di tempat yang sama.
"Insyaallah kita mulai dengan konsolidasi nasional. Kita akan melakukan rakernas mohon doanya, Insyaallah bulan depan, tempatnya juga Insyaallah di sini," kata dia.
Video Terkait:
Partai Ummat: Ngabalin Seperti Dukun
Komentar