
JAKARTA - Perkumpulan Penulisan Indonesia Satupena menggelar Satupena Award 2022 sebagai bentuk apresiasi kepada penulis di Tanah Air.
Ketua Umum Satupena, Denny JA, menyampaikan, perkembangan teknologi yang pesat saat ini menjadi tantangan besar bagi penulis Tanah Air.
Dia meyakini, dengan perkembangan teknologi ini bisa memberikan dampak positif bagi seluruh penulis di Indonesia.
“Ekosistem yang terus menumbuh-numbuhkan tradisi kuat para penulis, melihat segi positifnya untuk kita berkarya,” ujar Denny JA saat memberikan sambut di acara Satupena Award 2022 di Jakarta, Kamis (12/1/2023).
Maka dalam rangka memberikan apresiasi kepada penulis Tanah Air, Satupena mengadakan Satupena Award ini.
Denny JA menjelaskan, kegiatan ini merupakan kegiatan rutin yang setiap tahunnya diselenggarakan oleh Satupena.
“Penghargaan untuk penulis berdedikasi itu juga bagian dari program rutin Satupena,” tuturnya.
Denny JA berharap dengan adanya kegiatan ini bisa memberikan insipirasi kepada penulis pemula atau muda untuk mengembangkan bakatnya.
“Samakin banyak muncul penulis yang berdedikasi, semakin banyak muncul penulis dengan fesyennya,” terangnya.
Satupena, kata dia, sudah mengantongi dua yang menjadi penemangn penghargaan Satupena Award 2022. Ada dua kategori yang dilombakan yakni penulis berdedikasi ketegori non-fiksi dan penulis berdedikasi ketergi fiksi.
“Selamat dua senior kita, dua sahabat kita. Penulis berdedikasi kategori non-fiksi, Musdah Mulia, dan penulis berdedikasi kategori fiksi yakni Eka Budianta,” ungkapnya.
Denny JA pun berharap kepada kedua pemenang untuk terus melanjutkan dedikasinya sebagai penulis Tanah Air dan bisa memberikan inspirasi kepada penulis muda.
“Terus Pak Eka dan Bu Musdah berkarya, teruslah memberikan inspirasi dan memberikan ilham kepada yang muda,” imbuhnya.
Sementara itu, Ketua Tim Juri Satupena Award, Anwar Putra Bayu, mengatakan, penghargaan ini diberikan untuk dua kategori yakni penulis berdedikasi non-fiksi dan penulis berdedikasi ketegori fiksi.
“Pada tahun ini satu pena memberikan pengharahan penulis hanya untuk dua, dan dua kategori,” katanya.
Anwar mengatakan, para penulis sangat antusiasi dengan diadakannya Satupena Award ini. Bahkan, para penulis bekerja keras untuk bisa masuk kedalam nominasi.
“Bisa dibanyangkan banyaknya penulis non-fiksi dan fiksi harus bekerja dan ekstra hati-hati untuk mendapatkan nominasi penerima penganugrahan,” tuturnya.
Dalam menentukan nominasi, kata Anwar, banyak hal yang dipertimbangkan. Salah satunya, mengenai displin ilmu dari para penulis.
“Bahwa mereka dalam menggeluti bidang atau disiplin yang ditekuninya dengan demikian itu semua menjadi titik pertimbangan untuk bisa memilih, menentukan nominasi penulis fiksi dan non-fiksi,” ujarnya.
Dari proses penjurian, maka tim juri menetapkan satu pemenang penghargaan katerogi fiksi dan non-fiksi. Pemenang pengharaan ketegori fiksi yakni Eka Budianta dan pemenang non-fiksi Musdah Mulia.
“Musdah Mulia itu dipilih karena dedikasinya sebagai penulis buku yang mencerahkan untuk tema emansipasi wanita dengan perspektif tafsir agama secara modern, aktif diberbagai organisasi perempuan dan organisasi profesi lainnya, mengagkat nilai-nilai kemanusiaan, dan cinta perdamaian,” bebernya.
Selanjutnya, para juri memilih Eka Budianta karena dedikasinya sebagai penulis sastra yang begitu tinggi. Bahkan, hingga kini Eka Budianta masih aktif dalam menulis sastra.
“Sememtara itu Bapak Eka, karena dedikasinya di dunia sastra begitu intens, ia memiliki semangat paripurna dan merupakan sastrawan, ia menguasai kesastraan secara mendalam,” tutupnya.
Editor: Akbar Budi Prasetya
Komentar