
JAKARTA - Masyarakat maupun pelajar di luar negeri yang memiliki hak pilih mengaku informasi terkait kepemiluan masih sangat minim.
Hal itu berdasarkan hasil survei Perhimpunan Pelajar Indonesia Se-Dunia Kawasan Amerika Eropa (PPIDK Amerop) yang dipaparkan Sekjen PPI Italia, Erwin Natosmal Oemar dalam diskusi yang digelar Koalisi Pewarta Pemilu (KPP) bersama PPI Italia bertaruk ‘Persiapan, Tingkat Partisipasi, dan Tantangan Pemilu 2024 di Luar Negeri, Jumat (20/1/2023).
“Kalau kita dalami sejauh mana hak memperoleh informasi (melalui pertanyaan) ‘apakah anda tahu caranya terdafyar sebagai pemilih?’ dari survei yang kami lakukan, sebagian besar atau sebanyak 84,03 persen mengatakan tidak tahu,” terangnya.
Tidak hanya itu saja, dari hasil survei ini juga diketahui bahwa masyarakat dan pelajar tidak mengaku tidak mengetahui cara menggunakan hak suaranya di Pemilu mendatang.
“Ada 77,31 persen menyatakan tidak tahu (cara menyampaikan hak suaranya di Pemilu 2024),” jelasnya.
Erwin memparkan, kurangnya pengetahuan masyarakat dan pelajar di luar negeri dalam menggunakan hak suaranya karena ada perbedaan karakter dari para pemilih.
“Karakter pemilih atau Pemilu di luar negeri dengan di Indonesia sangat berbeda. Kita mengenal di Indonesia dengan metode coblos, langsung datang ke TPS (Tempat Pemungutan Suara),” katanya.
“Tapi kalau kita lihat pengalam Pemilu sebelumnya di luar negeri ada tiga cara yaitu dengan surat, datang ke Tempat Pemungutan Suara atau maupun dengan adanya TPS keliling,” tutupnya.
Survei ini dilaksanakan pada 10 hingga 17 Januari 2023 dengan total responden sebanyak 119 orang. Mayoritas respon merupakan pelajar yang mengeyam pendidikan di Italia.
Survei ini dilakukan melalui poling terbuka, metode yang digunakan non-probability sampling dan teknik purposive sampling yang diberikan kepada para pelajar atau mahasiswa asal Indonesia yang sedang menjalankan pendidikan di luar negeri dan memiliki hak pilih.
Editor: Akbar Budi Prasetya
Komentar